MANDI HUJAN

 

Sekarang musim Penghujan.  Hujan turun hampir setiap hari, pagi dan sore.  Kadang bisa membuat macet Jakarta dan banjir di mana-mana.

 

Zaman dulu, hujan adalah anugerah yang paling kami tunggu-tunggu.  Ya kami, si Trainer kecil dan adik perempuannya, NH bersaudara.  Apa pasal ???

Ini saatnya bermain.  Bermain yang paling nikmat !!!  … MANDI HUJAN … !!!

 

Jika hujan turun, apalagi sore hari kami mengiba-iba pada Ibu untuk diperbolehkan mandi hujan di luar.  Dan jika ibu lihat hujannya lebat, beliau pasti bilang : “Yo wis kono … “.  (Ya sudah sana).  Tetapi kalau hujannya hanya gerimis kecil saja, ibu justru melarang.

 

Ketika SIM-H (surat izin mandi hujan) didapat, kami segera melesat keluar.  Berlari-larian, becek-becekan, ciprat-cipratan.  Riang ria, kebes basah.  Nikmat sangat … !

Waktu kami tinggal di komplek dosen di Ciputat biasanya kami lari ke jalanan di depan rumah.  Ada banyak teman, anak tetangga kiri-kanan yang juga punya SIM-H.  Maka bermainlah kami bersama mereka (Ramai riuh rendah … Dufan pun kalah !)

 

Ketika kami pindah ke Patal Senayan, acara mandi hujan tetap eksis.  Namun ini kami lakukan hanya berdua saja, dan tidak keluar pagar.  Hanya di seputaran rumah saja.  Rumah kami itu di bagian samping dan depannya ada teras marmernya.  Aaaahhhaaa … ini “wahana” variasi permainan lagi …

 

Teras dengan lantai marmer itu licin sangat kalau hujan.  Jadilah ritual mandi hujan kami tidak sekedar berlarian saja, tetapi ditambah … berseluncur sodara-sodara.

Ambil awalan dengan berlari sebentar, lalu sontak menjatuhkan badan.  Berlutut atau bahkan rebahan sambil meluncur indah disepanjang teras marmer tersebut.  Ccciihhuuuiii … (sambil berteriak akan lebih afdol ). 

 

Bosan berseluncur, kami pindah bermain di pancuran.  Air cucuran atap yang jatuh dari talang atas.  Semakin deras hujan, air cucuran atap tersebut akan semakin keras menerpa kepala atau punggung kami.  Bagai dipijat ala thalasso  “water theraphy” … en ini (sekali lagi ) nikmat sangat.

 

Dan jika hujan sudah mulai reda, hanya tinggal gerimis saja Ibu pasti berteriak memanggil kami : “Hei ..wis-wis … mlebu ngger … mandi ” (Hei sudah-sudah, masuk anak-anak. Mandi ) dan kami pun dengan menggigil, njedindil, kulit keriput dan bibir pucat akan dengan senang hati mandi (BTW entah mengapa air bak mandi akan terasa semakin hangat jika kita habis mandi hujan)

 

Yang kami heran kami kok ndak sakit ya ???  Walaupun habis mandi hujan heboh seperti itu ???

 

Ah jadi kepingin mandi hujan lagi nih : “Tante Sruntul … Yok Sis … kita mandi hujan lagi … !!!”

 

Apakah para pembaca pernah punya pengalaman serupa ?

Salam saya

om-trainer1