KODE bin SANDI

 

Kode atau sandi adalah pola pengiriman-penerimaan pesan yang khusus dan hanya diketahui oleh kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi … Dengan harapan agar pihak lain tidak mengetahuinya.  Sebetulnya ada alasan lain mengapa seseorang menggunakan kode atau sandi.  Diantaranya adalah untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan proses komunikasi tersebut dan juga ada kalanya adalah untuk menunjukkan kedekatan khusus antara kedua belah pihak

 

Aku mempunyai beberapa kode atau sandi yang aku gunakan … kepada orang-orang tertentu … dan untuk konteks dan keperluan tertentu pula … Contohnya …

1.      “sorry saya mau nomer 1 dulu” …

·         Ini bicara kepada bossku … yang artinya aku permisi mau BAB (kalau BAK … kodenya nomer 2)(“urusan” pintu bergambar “koper” itu tentunya …)

2.      “satu rawit bu …”

·         ini kepada tukang ketoprak langganan dekat rumah … (artinya sudah jelas) …

3.      “lapor mas …”

·         ini kepada tukang kios rokok langganan … aku minta satu bungkus rokok kesenanganku

4.      “pa-he cak …”

·         Ke tukang sate yang tiap malam lewat depan rumah … artinya beli sate 10 tusuk nggak pake lontong …, dibakar kering.

5.       “naikin …!!!”

·         Bicara kepada sekretarisku … artinya bon-bon BBM, parkir, karcis tol, rekening HP ku dsb … mohon segera diclaimkan ke bag accounting …

6.      “Let’s Rock and Roll !!!”

·         Untuk anak buahku … ini semacam tombol “on” untuk segera bergerak melakukan kerja untuk suatu project atau program training …

7.      “Bungkus … !!!”

·         Ini untuk rekan/boss/anak buah dikantor … yang artinya … Gua Setuju !!!

8.      “nak … ini seandainya lho …”

·         Kalo ini kepada anak-anak ku tersayang … yang artinya … nyuruh Sholat …

 

(Di dalam marketing ini juga biasa disebut sebagai “understanding the common language”.  Membuat pesan harus dengan bahasa / tanda / signal / kode / lambang / sandi / nuansa  yang diketahui oleh kedua belah pihak.  Dan Karena perusahaan kami bergerak dibidang consumer goods yang massal … maka mau tidak mau kami harus menggunakan “common language” yang juga dimengerti oleh khalayak target market tertentu kami, didalam setiap upaya aktifitas komunikasi marketing produk-produk kami.  Supaya tidak terjadi “miscommunication” … baik itu “nggak nyucuk”. “nggak level”, “ah jayus nih” …atau bahkan “confusing” alias “au ah gelap”). (halah … malah ceramah …)

 

Blogger aku pikir juga pasti punya “common language” khusus … yang hanya dimengerti oleh komunitas blogger saja … (bukan begitu teman-temin ???)… (I am learning nih …)

 

Eh iya BTW … aku punya satu kode lagi, yaitu … “JIIEE … !!!”

Diucapkan kepada siapa ???? dan untuk keperluan apa …????

Tunggu tulisan berikutnya …

 

(tu bi kontinyuwed)