PALEMBANG

9 Juni 2016

Saya melakukan perjalanan dinas ke Palembang

(Lho ini kan biasa banget Om ?)

Ya … ini hal yang sangat biasa, bagi orang lain.  Namun kali ini jadi luar biasa bagi saya.

Ini adalah perjalanan dinas saya yang pertama di kantor yang baru.

Sebetulnya dulu dari tahun 1990 sampai dengan 2013, perjalanan dinas adalah suatu hal yang sangat biasa saya lakukan.  (Termasuk beberapa kali perjalanan dinas ke Palembang).  Sebagai karyawan di bagian marketing, di perusahaan fast moving consumer goods, perjalanan dinas tentu adalah suatu keharusan.  Turun ke pasar.  Ini penting kita lakukan agar kita mengenal pasar dan konsumen di seluruh Indonesia.  Apalagi ketika saya menjabat sebagai trainer, saya dituntut untuk selalu melakukan safari, keliling regional-regional untuk melakukan training.

Namun semenjak Februari 2013 sampai dengan Mei 2016, saat saya berhenti bekerja formal, saya tidak pernah lagi melakukan perjalanan dinas.  Saya jadi tidak pernah “terbang” lagi.  Jujur saya merindukan saat-saat bangun pagi mengejar pesawat pertama.  Saya merindukan saat nonton film Korea atau main game sudoku di cabin pesawat.  Saya rindu mendengarkan siaran radio dengan bahasa “slank” lokal di kota-kota tujuan saya.

Saya rindu memperhatikan pengunjung hotel yang sering kalap mengambil sarapan sesuka hati, sebanyak mungkin tapi tidak dihabiskan dan bersisa banyak di piring. 

Saya pun juga kangen suasana menunggu pesawat di ruang tunggu airport.  Kangen situasi “first night syndrome” tak bisa tidur di saat malam pertama di Hotel. 

Saya kehilangan momen-momen asik itu.

Sampai akhirnya, setelah tiga tahun tidak terbang, saya pada tanggal 9 Juni 2016 kemarin melakukan perjalanan dinas ke Palembang.  Ya Palembang adalah kota pertama yang saya kunjungi saat saya mulai aktif bekerja kantoran kembali.

Dan anda tentu sudah bisa menduga.  Saya kembali menikmati rempongnya mengejar pesawat pertama.  Saya kembali menikmati main sudoku di cabin pesawat.  (Sengaja saya tidak nonton film Korea, karena ini penerbangan pendek, cuma satu jam.  Takut nanti “nanggung” film belum selesai, pesawat sudah mendarat)(Bisa nggak tidur saya, karena penasaran )(hahaha)

And yes saya pun menemukan pemandangan khas di restoran hotel, saat sahur.  Rupanya sindroma kalap orang rakus mengambil makanan sebanyak mungkin saat buffet di resto hotel, masih berlangsung juga sampai sekarang  hehehe …

warning

Dan … last but not least …

Meskipun ini bukan kunjungan saya yang pertama kali ke Palembang namun rasanya kurang afdol kalau belum ke sini …

ampera
(jembatan kebanggaan “Wong Plembang”)

Jadi demikianlah …

Perjalanan dinas saya yang pertama, di kantor saya yang baru.  Dijadwalkan akan ada perjalanan-perjalanan dinas yang berikutnya ke beberapa kota di Indonesia yang lain.

Alhamdulillah …

Salam saya

om-trainer1.

.

.

.

EXTENDED ID CARD

Jika kita mengikuti sebuah konferensi, pertemuan, seminar atau perhelatan lainnya yang melibatkan banyak sekali peserta, biasanya kita diberikan sebuah ID Card oleh panitia.

ID card tersebut berupa kalung pita (atau biasa disebut lanyard) yang di ujungnya ada secarik kertas karton yang berisi nama, dan organisasi tempat kita bekerja.  Kadang ada pula yang dilengkapi dengan pas foto.  Hal ini tentu untuk memudahkan panitia untuk mengidentifikasi siapa saja peserta yang ikut dalam konferensi tersebut.

Dulu saya sering sekali mengikuti konferensi.  Paling tidak setahun dua kali saya pasti diundang untuk hadir dalam pertemuan tahunan departemen marketing dan review tahunan perusahaan.  Tempatnya bisa dimana saja, entah di dalam maupun di luar negeri.   Konferensi ini juga sekaligus menjadi ajang untuk wisata, waktu untuk refreshing para karyawan.

Tentu saja untuk memudahkan panitia kita semua dibagikan ID Card.  Nah saya perhatikan, empat lima tahun terakhir, panitia melakukan terobosan-terobosan menarik yang berkaitan dengan pembuatan ID Card ini.  Panitia dengan kreatifnya menambah fungsi ID Card tersebut dengan fungsi-fungsi yang lain.  An Extended ID Card.  ID Card yang fungsinya bukan untuk identitas saja, tetapi bisa juga ditambahkan fungsi yang lain.

Kalung ID Card yang diberikan kepada kita, berbentuk tumpukan atau kumpulan kartu yang diikat menjadi satu.  Halaman pertama paling depan tentu saja adalah ID Card itu sendiri. Memuat nama kita plus departemen atau organisasi tempat kita bernaung kadang disertai pula dengan foto.  Mari kita lihat gambar sederhana berikut …

ID Card

Kartu kedua dan selanjutnya sangat menarik untuk disimak. Ada berbagai macam informasi yang mereka sertakan disana. Berikut adalah hal-hal / informasi yang biasa mereka cantumkan di kartu-kartu yang menyertai ID Card kita.

  1. Daftar acara konferensi
  2. Rooming List : daftar peserta berikut nomer kamar menginapnya
  3. Tata tertib dan ketentuan akomodasi hotel
  4. Daftar tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota tempat kita mengadakan konferensi
  5. Daftar tempat kuliner yang bisa kita cicipi di kota tempat kita mengadakan konferensi
  6. Daftar tempat membeli oleh-oleh dan cindera mata khas setempat
  7. Peta kota
  8. Nomer telpon taxi lokal dan nomer telpon penting setempat
  9. Jadwal antar jemput ke/dari Airport atau terminal … dsb-dsb

Dulu biasanya panitia mengeluarkan buku panduan untuk memuat informasi tersebut. Kini mereka tidak lagi membuatnya.  Panitia mengganti buku panduan tersebut, dengan mencetak kartu-kartu dan menjalinnya menjadi satu di dalam lanyard kalung ID Card para peserta.  Semakin banyak info yang mereka sertakan … akan semakin tebal ID Card yang akan dibagikan kepada peserta.

.

Mengapa mereka melakukan hal seperti ini ?

Berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, panitia selalu saja direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan para peserta konferensi.  Ada saja yang ditanyakan, pertanyaan remeh-temeh. Padahal semua informasinya sudah ada di buku panduan.  Mereka biasanya malas membaca atau membawa. Menyebalkan bukan ?

Nah … dengan dikalungkannya ID Card berikut informasi-informasi yang dibutuhkan, para peserta jadi tidak bisa lagi semena-mena merepotkan panitia.  Kalung ID Card (berikut kartu-kartu info lain yang menyertainya) adalah hal wajib yang harus selalu dikenakan selama konferensi berlangsung.  Mereka sudah bisa melihat sendiri informasi yang mereka butuhkan di kalung ID Card masing-masing.  Panitia tinggal bilang : “… lihat di kalung !” (rasain luh …)

Jadi …

Jika anda jadi panitia konferensi. Ingin tugas anda ringan dan tidak direpotkan oleh telpon krang-kring dari para peserta ? Pertanyaan remeh-temeh yang bikin bete ? Bikin aja ID Card yang sudah ditambah fungsi-fungsinya ini … An Extended ID Card.

Dijamin anda akan tersenyum senang !

Dan andapun bisa ikut menikmati wisata di tempat konferensi tersebut tanpa diganggu telpon nggak penting dari para peserta yang cuma pengen nanya tempat beli sandal jogger dimana … (hahaha)

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

TABEL KONVERSI

Ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan multi-nasional dulu, saya sering ditugaskan oleh manajemen untuk melakukan perjalanan dinas.  Baik perjalanan dinas dalam negeri maupun ke luar negeri.  Dan ketika diinstruksikan seperti itu, sebagai karyawan yang bertanggung jawab saya pun selalu melakukan persiapan sebaik-baiknya agar perjalanan saya bisa nyaman, dan urusan pekerjaanpun bisa lancar adanya.

Khusus ketika melakukan perjalanan dinas keluar negeri, persiapan yang harus saya lakukan relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan perjalanan dinas di dalam negeri.  Salah satu persiapan tambahan yang lumayan ribet selain pengurusan dokumen keimigrasian adalah urusan penukaran mata uang.

Saya tau betul kelemahan saya.  Kelemahan saya adalah … saya (amat) lambat kalau disuruh berhitung.  Apalagi berhitung nilai mata uang.  Mengkonversi nilai mata uang, dari mata uang kita ke mata uang negara tertentu, demikian pula sebaliknya dari mata uang negara tertentu ke rupiah.  Mencongak pula.  Pening lah awak.

Oleh sebab itu, supaya saya tidak salah hitung dan “kebablasan” dalam membelanjakan uang di negeri orang, maka saya perlu berhati-hati.  Jika ingin membeli sesuatu, saya selalu awali dengan mengkonversi nilai mata uang negara yang bersangkutan ke dalam mata uang rupiah terlebih dahulu.  Misalnya saja di Hong Kong. Mata uang yang berlaku disana adalah Dollar Hong Kong.  Anggap saja kursnya 1 $ HK = Rp. 1.570.  Jika harga paket makan siang di kedai cepat saji itu 19 $HK, maka harga itu setara dengan sekitar Rp. 30.000 .  Bila masih saya anggap wajar, maka saya pun lantas membelinya.  Demikian seterusnya.  Saya selalu membandingkan dengan harga barang sejenis yang ada di Indonesia.

Melihat kelemahan saya dalam berhitung, ditambah lagi saya paling tidak telaten untuk pencat-pencet gadget yang ada software aplikasi konversi mata uangnya.  Dan saya juga agak kerepotan jika mesti pencat-pencet kalkulator dulu (dasar om-om manja dan pemalas). Maka saya berinisiatif untuk membuat semacam “kertas contekan” yang berisi tabel konversi. Terbuat dari kertas A 4.  Isinya adalah contekan konversi mata uang.  Di ketik rapi.  

Kira-kira bentuk dokumen awalnya seperti ini …

konfersiKertas tersebut akan saya lipat-lipat menjadi kecil.  Sehingga Pas di kantong, pas di genggaman.  Mirip contekan sudah lah … Hahaha …

Di dalam komputer saya sudah tersedia templatenya, yang saya buat dengan memakai program excel sederhana.  Tinggal memasukkan mata uang negara yang akan kita tuju dan nilai konversinya.  Sret, dalam hitungan tak sampai se detik tabel konversi sudah jadi.   Siap diprint.  Siap digunakan.  Cerdas bukan ?

Sampai sekarang kalau bepergian keluar negeri saya selalu menggunakan tabel konversi manual ini. Mau beli apa-apa saya selalu ngelirik ganteng ke kertas contekan keramat ini …  

Ini terlihat lebih eiylekhan, dari pada musti pencat-pencet kalkulator.  Gaya mesti nomor satu dwoonngg.  Luar negeri jeh.

Kere tapi nggak mau kelihatan miskinnya (hahaha)

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9

.

.

.

TOUR GUIDE

umroh(200)
(sekedar ilustrasi : sebuah daerah wisata)

.

Ini tulisan tentang pemandu perjalanan wisata.  Bagi mereka yang pernah mengikuti paket tour perjalanan wisata, tentu sudah tidak asing dengan yang namanya tour guide.  Mereka sangat berjasa dalam memberikan penjelasan mengenai tempat-tempat wisata yang kita kunjungi.  Sehingga kunjungan kita menjadi lebih berarti, ada pengetahuan dan pengalaman baru yang kita dapat.

Alhamdulillah, saya beberapa kali pernah mengikuti tour wisata baik itu di dalam negeri maupun di manca negara.  Tentu saja beberapa kali kami dipandu oleh para tour guide.  Seorang tour guide yang baik, dituntut untuk mempunyai pengetahuan mengenai obyek wisata yang bersangkutan, plus harus hafal sejarah.  Mereka pun diharapkan mempunyai kemampuan public speaking dan ketrampilan story telling yang luwes.  Penguasaan bahasa setempat dan bahasa asal negara para tamu juga merupakan kriteria tour guide yang banyak dicari oleh para pengguna jasa wisata.  Jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, tentu peserta tour akan kecewa.  (Kalau di luar negeri biasanya penyelenggara perjalanan menggunakan jasa warga negara setempat yang pernah tinggal di Indonesia / mahasiswa Indonesia / penduduk keturunan Indonesia yang bisa berbahasa Indonesia).

Nah yang menarik dan ingin saya soroti disini adalah : saya perhatikan ada beberapa kesamaan yang selalu saya temui berkaitan dengan penggunaan tour guide ini … dan entah mengapa … hal ini kok selalu saja terjadi di setiap tour yang saya ikuti …

Paling tidak ada TIGA kesamaan yang selalu saya temui …

  1. Tip :
    Walaupun di dalam paket wisata yang kita bayar biasanya tertulis, biaya sudah termasuk penginapan, tiket masuk tempat wisata, makan dan juga fasilitas tour guide.  Namun kenyataannya, pada umumnya ketika sudah di lapangan kita akan dikoordinir oleh pemimpin perjalanan untuk urunan, menyisihkan sedikit uang untuk iuran sukarela.  Iuran tersebut untuk tip tour guide dan juga tip driver bus/van yang kita tumpangi.
    Bagaimana saya menyikapinya ?
    Saya pribadi tidak keberatan akan hal ini.  Apalagi jika mendapatkan tour guide yang sangat menguasai medan dan juga pintar bercerita yang diselingi dengan humor-humor segar.  Satu dua dari mereka ada pula yang bersuara emas, mampu menghibur tamu dengan menyanyi karaoke di bis.  Membuat perjalanan kita menjadi selalu menarik dan tidak membosankan.

 

  1. Dagangan :
    Ada lagi hal yang similar.  Biasanya tour guide di tengah perjalanan atau ketika perjalanan sudah akan berakhir, mulai mengeluarkan jurus jualan barang-barang dagangan tertentu.  Gantungan kunci, souvenir, CD sejarah, kain khas, kaos dan sebagainya.  Dan entah mengapa alasan yang selalu mereka gunakan adalah “Ini untuk sekedar membantu menambah pendapat uang saku driver yang telah membantu kita.  Saya hanya membantu menjualkan saja untuk bapak – ibu sekalian”.  Dan sekali lagi, ini selalu terjadi di setiap saya mengikuti tour baik di dalam maupun luar negeri.
    Bagaimana saya menyikapinya ?
    Untuk yang ini … saya tidak terburu-buru membeli.  Biasanya saya selalu membandingkan harga yang ditawarkan oleh mereka dengan harga di toko cindera mata.  Jika harga mereka lebih murah … maka saya akan beli dari mereka.  Namun jika sebaliknya … No thank you.

 

  1. Rekanan :
    Biasanya para perusahaan penyelenggara tour atau tour guide itu sudah menjalin kerja sama tertentu dengan beberapa rumah makan, atau tempat wisata kuliner atau toko cendera mata tertentu. Di dalam penjelasannya ketika di bis, para tour guide akan menceritakan keunggulan-keunggulan tempat wisata kuliner yang akan mereka tuju. Dan ketika sampai di suatu pusat penjualan cendera mata, biasanya mereka akan memarkir bis di dekat toko cendera mata tertentu, atau mengarahkan para tamu untuk berbelanja di gerai-gerai tertentu. Tentu saja mereka hanya bisa merekomendasikan saja, sebab keputusan akhir tetap berada di tangan masing-masing peserta tour.
    Bagaimana saya menyikapinya ?
    Untuk kuliner ? saya sama sekali tidak terpengaruh.  Untuk urusan yang satu ini saya sangat konservatif.  Bukan tipe orang yang suka heboh memanjakan lidah.  (apa lagi foto-foto makanan).  Saya akan mencari makanan yang sudah saya kenal saja.  (Om-om nggak asik !)
    Untuk cendera mata ? ini juga tidak begitu terpengaruh.  Saya pasti membandingkan harga toko yang satu dengan toko yang lain.  (Tekniknya adalah … saya biasanya mengintili teman rombongan yang emak-emak atau ibu-ibu, biasanya mereka jago nawar (baca : gigih dan tega).  Saya biarkan ibu-ibu itu berdarah-darah nawar.  Nanti kalo harga mereka sudah deal … dapet murah … baru saya ikutan beli … hahaha … smart bukan ?)

 

Jadi demikianlah … beberapa fenomena yang kerap saya temui berkaitan dengan penggunaan tour guide atau pemandu dalam perjalanan wisata.

Apakah teman-teman pernah punya pengalaman menggunakan tour guide ?
Apakah mengalami hal serupa ?
Atau ada kisah yang lain ?
Sharing ya … !

gaes
“Para Turis” : diperagakan oleh model

.

Salam saya,

.71071D338183D7765E8404E3E942AEC9

.

.

(ihik … cara narcis yang eiylekhan … pake muter-muter cerita tour guide segala)

 

 

DIBATALKAN

.
Kamis, 13 Maret 2014
Bunda pulang larut malam.  Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, karena besok dia akan izin cuti.  Malam itu Bunda pulang dengan wajah yang galau.  Saya tau persis ini bukan wajah lelah karena lembur bekerja. Saya hafal sekali, wajah keruh Bunda ini pasti bukan karena lelah.

Setelah Bunda minum seteguk dua air dingin, saya pun bertanya perlahan : “Ada apa Bun ? Ada masalah ya di kantor ?”

Lalu Bunda pun lantas curhat : “Barusan Bunda dapat SMS.  Jadwal penerbangan kami besok dibatalkan.  Sebel … dibatalin kok mendadak banget sih.  Kita kan jadi bingung, untuk mencari alternatif penggantinya … dst dst dst … … ”  (intinya Bunda ngomel-ngomel)

Ya … Bunda galau.  Bingung.  Kecewa.  Seribu satu perasaan menjadi satu.

Jadi ceritanya esok hari, Jumat 14 Maret 2014,  Bunda seharusnya akan terbang ke Padang.  Menggunakan pesawat jam 7 pagi.  Dari Padang dia masih akan meneruskan perjalanan darat, dengan menggunakan travel menuju ke kota Sungai Penuh, di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi.  Perjalanan ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.

.

Memang ada acara apa sih Om ?
Bunda mau reuni bersama teman-teman sekolahnya.  Reuni tersebut diadakan di kampung halamannya di Sungai Penuh.  Sebuah reuni besar.   Saya perhatikan sudah dua tiga minggu terakhir ini Bunda sangat bersemangat menyambut acara tersebut.  Mulai dari memesan tiket pesawat, dan juga saling berkoordinasi dengan teman-temannya sesama alumni sekolah yang kebetulan bertempat tinggal di Jabodetabek.  Mereka akan berangkat bersama-sama.  Pulang basamo.  Anda tentu bisa membayangkan, betapa senangnya bernostalgia bersama kawan-kawan masa kecil bukan ?  Mereka juga heboh mempersiapkan acara menyanyi untuk ditampilkan di panggung hiburan nanti.  Membuat seragam biar kompak dan sebagainya.  Pendek kata … persiapan sudah matang benar …

Namun … tak dinyana … tak di duga, justru di hari H nya penerbangan dibatalkan.  Kesal dan nelangsa sudah pasti.  Alasannya apa kok dibatalkan ? Apalagi kalau bukan karena … ASAP pembakaran hutan.  Sumatera Barat ternyata tak luput dari serangan kabut asap yang sangat mengganggu pemandangan dan kesehatan.

.

Jum’at 14 Maret 2014
Akhirnya pagi-pagi hari, tanggal 14 Maret 2014 … Bunda dan 3 orang teman-temannya sepakat untuk tetap berangkat ke bandara Soekarno Hatta Cengkareng dan janjian ketemuan disana.  Mereka ceritanya mau “Go Show”.  Untung-untungan.  Mencari tiket lain untuk hari itu.  Jam berapa saja.  Maskapai penerbangan apa saja.  (plus tentunya … harga berapa saja).  Pokoknya bisa berangkat hari itu.  Sudah kepalang basah.  Bayang-bayang reuni sudah di pelupuk mata.

Namun apa daya … seluruh penerbangan ke Padang sudah penuh hari itu.  (Maskapai-maskapai penerbangan lain tetap melayani penerbangan ke Padang, hanya maskapai yang dipakai Bunda-lah yang membatalkan penerbangan).

Karena ke Padang penuh semua.  Maka alternatif kedua adalah mencari penerbangan ke kota Jambi.  Dari Jambi nanti mereka akan meneruskan perjalanan darat ke Sungai Penuh.  Mekipun waktunya menjadi lebih lama dan sarana jalannya yang kurang begitu baik.  Tidak sebagus jalan Padang – Sungai Penuh.  Mau tidak mau mereka harus mengambil langkah alternatif kedua ini.

Note :
Jarak Jambi – Sungai Penuh itu sekitar 400 km.
Sementara dari Padang – Sungai Penuh itu hanya sekitar 230 km

.

Alhamdulillah mereka mendapatkan tiket ke Jambi untuk pagi itu.  (ya tentu dengan harga yang lebih tinggi).  Bunda dan teman-temannya bisa sedikit bernafas lega.  Tadi siang, Bunda mengabari saya bahwa mereka sudah mendarat di Jambi.  Dan saat tulisan ini dibuat, sepertinya Bunda dkk masih dalam perjalanan dari Jambi ke Sungai Penuh.  Perjalanan dari Jambi ke Sungai Penuh itu bisa ditempuh rata-rata sekitar 8 – 9 jam.

So …

Take Care ya Bun …
Have Fun with your old friends …

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

(om nh jomblo dua hari nih …)
(godain kita dwonngg)
(qiqiqi)

.

.

.