KALAP bin MATI GAYA …

Libur very long weekend ini aku mati gaya. Di rumah saja tidak punya rencana kemana-mana. Sebagai kompensasinya aku menghabiskan waktu untuk membaca buku saja dirumah.

 

Uang “jajan” untuk beli buku mingguan tak ayal membatasi aku untuk hanya bisa membeli beberapa buah buku saja. Padahal … jika nafsu tidak ditahan … ingin rasanya memborong banyak buku untuk menemaniku menghabiskan waktu libur panjang itu dirumah … Itu gunanya “menteri keuangan” ku yang secara disiplin mengatur uang kenakalanku setiap minggunya … hehehe … jika tidak diatur … niscaya akan jebol … ketiga anakku dan dapur dirumah tidak kebagian apa-apa. Budget “jajan buku” seminggu hanya cukup untuk membeli 4 buah buku saja … maka aku harus pintar-pintar mengatur mana buku yang akan aku beli … (dari sekian banyak buku incaran) …

 

Libur panjang kemarin itu aku membeli buku di dua tempat … di Kios Batubara (seperti biasa) dan juga di Gramedia Cinere Mall …

Di Kios Buku Batubara … aku membeli …

  • The Great Spirit dari PRIE GS dan

  • Mereka Masih menyebutku kafir oleh Jarot Doso Purwanto

 

Di Gramedia Cinere … (setelah menimbang-nimbang dengan lama) akhirnya aku beli

  • The Kite Runner (Khaled Hosseini) dan …

  • Makrifat Cinta (Taufiqurrahman al Azizy)

 

The Great Spirit” sudah aku baca 80%… sebuah catatan-catatan kecil dari Prie GS yang sangat menarik. Pemikiran yang simple dan down to earth. Memukau … banyak kalimat-kalimat bijak … Seperti membaca postingan-postingan para Blogger-blogger kawakan.

 

Mereka masih menyebutku Kafir” dari Jarot sudah habis aku baca … isinya kumpulan cerpen yang hampir seluruhnya dilatarbelakangi oleh kezaliman politik masa orde baru. Ini semacam cerpen kritik yang mengemukakan beberapa kebijakan orde baru yang tidak demokratis dan bersifat otoriter. Membaca cerpen-cerpen itu … terasa sedang mendengar seorang demonstran yang berteriak lantang melakukan orasinya di bundaran HI lengkap dengan ungkapan-ungkapan heroik khas mahasiswa.

 

The Kite Runner” dari Khaled Hosseini penulis keturunan Afghanistan, sebuah novel best seller #1 New York Times, yang katanya sudah terjual lebih dari 8 juta copy di seluruh dunia. Aku belum selesai membacanya … sepertinya novel yang asik … (terus terang aku agak terlambat membaca buku ini … orang sudah heboh beberapa waktu yang lalu .. aku baru beli sekarang …)

 

Dan yang terakhir adalah “Makrifat Cinta” … dari Taufiqurrahman … masih diplastikin … belum aku buka sama sekali … covernya mirip-mirip ayat-ayat Cinta … dan tak lupa dibubuhi kata-kata Novel Spiritual Pembangunan Iman … plus cap bulat merah Nasional Best Seller. (Banyak sekali novel-novel Best Seller ya )

 

Sebetulnya ada beberapa buku waiting list lain … yang kalau saja propposal budget “jajan buku mingguan” dinaikkan oleh “menteri keuangan” ku … pasti akan aku sikat juga …

 

Buku yang sedang menunggu aku beli adalah … Ayah vs. Anak Lelakinya (Ida Purnomosigit Sidi). Buku psikologi … Pernah dibahas oleh Putri Suhendro ketika mewawancarai langsung sang ibu penulis di I Radio FM. Dari judulnya saja bagi saya sudah sangat mengundang. Aku punya 3 anak lelaki … siapa tau ada banyak pembelajaran yang bisa aku ambil. Buku itu disusun berdasarkan cerita nyata para pasien dibalik ruang konsultasi Ibu Ida … yang psycholog kondang itu.

 

Buku lain yang waiting list adalah Girls from Riyadh. Kalau ini aku tertarik setelah aku membaca resensinya di blog sahabat maya saya … abang Hery Azwan di http://heryazwan.wordpress.com (Bang… ente mesti tanggung jawab nih … hehehe)

 

Ada beberapa buku lainnya … yang siap aku beli minggu-minggu kedepan … ada “TAJ” … ada GAJAH MADA (episode Perang Bubat dan … beberapa episode lainnya) sebuah novel sejarah dan ada juga “MISTERY CINTA” … Yang terakhir ini adalah model-model “Ayat-ayat Cinta” gitu deh …

 

Ada lagi “BERANI KAYA, BERANI TAKWA” (Anif Sirsaeba) dan “HIDUP BUKAN HANYA URUSAN PERUT” (Prie GS) …

 

Ah kalau mau didaftar sebetulnya ada banyak lagi buku yang ingin aku beli … hanya tinggal menunggu waktu saja …

 

Ini judulnya “Trainer kalap … mati gaya … pingin melalap habis semua buku yang ada di toko… tapi apa daya budget kenakalan “jajan buku” tidak mencukupi”

 

 

IPUNG

Hari Sabtu minggu lalu, 15 Maret 2008.  Seperti sabtu yang sudah-sudah, aku melakukan kunjungan “semi wajib” ke kios buku Batu Bara. Sebuah kios buku kecil di kompleks perumahan suatu Universitas Islam negeri di Jakarta selatan (sekali). (Bang Hery Azwan http://heryazwan.wordpress.com pasti tau dimana letak kios ini)

Aku lama membalik-balik dan memilih-milih buku.  Belum ketemu yang Pas.  Melihat kebingunganku mbak penjaga kios itu berujar …”Pak buku ini sekarang sedang banyak yang cari nih “ (sambil menyodorkan sebuah buku novel).  Aku lihat judulnya : IPUNG, oleh PRIE GS.  Seorang budayawan, kartunis dan motivator yang banyak mengisi acara di beberapa radio terkenal di Jakarta dan Jawa Tengah.  Design covernya dibuat mirip-mirip Trilogi Andrea Hirata …  ada siluet-siluetnya gitu deh.  Aku tertarik dengan promosi si Mbak tadi … maka aku beli juga buku itu.

Sampai rumah langsung aku baca lembar demi lembar buku itu … Hah … ternyata ini novel ABG nih … mirip-mirip Teenlit lah … (he3x ada om-om baca novel ABG nih …) dalam hati aku ingin menyalahkan si Mbak yang telah dengan PD nya mempromosikan Novel ini tanpa melihat siapa target marketnya.  Tapi urung … karena memang si Mbak itu masih ABG (sepertinya mahasiswi yang magang) dan dia pun mungkin benar … bahwa novel ini banyak dicari.  Karena lingkungan disana ada Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah plus juga sentra Mahasiswa .. terang saja buku itu mungkin banyak dicari … banyak dicari oleh anak-anak ABG maksudnya … bukan oleh om-om seumuran aku … 🙂

Namun entah kenapa novel ini berhasil memaku diriku untuk tetap terus membaca … dan dalam waktu yang relatif singkat … aku berhasil menuntaskannya.  Sebuah Novel (remaja) yang sanggup membius Om-om seperti saya.  Sangat menarik.

Jika membaca judulnya ingatan ku langsung lari ke tokoh novelette serupa jaman aku SMA dulu tahun 80-an yaitu … IMUNG … oleh Arswendo Atmowiloto … Membandingkan dua tokoh rekaan itu … IMUNG vs IPUNG … terasa ada kemiripan.  Mereka berdua jauh dari sosok idaman remaja seperti disinetron ABG masa kini … mereka berpenampilan berantakan, kucel, kerempeng, dan bahkan Imung itu korengan akut kalau tak salah.  Tetapi kedua-duanya punya karakter khas yang kuat … tak acuh, smart, cerdas dan berani (plus agak sedikit arogan).

Aku sependapat dengan Kang Abik yang menulis Prolog di Novel Ipung itu.  Kang Habiburrahman el Shirazy mengkritik PRI GS sahabatnya ini dengan kata-kata seperti ini … “Ipung yang kelewat cerdas dan heroik untuk ukuran seusianya, membuat saya curiga, jangan-jangan tokoh Ipung adalah representasi dari Mas Prie sebagai Narator”.  Hmm … ini kritik tajam yang aku sangat setuju sekali … PRIE GS tidak terlalu sukses untuk menjaga jarak dengan tokoh lakon rekaannya … terasa PRIE is IPUNG, IPUNG is PRIE.  Seorang Budayawan-Motivator handal yang seolah sedang menyaru bersekolah di bangku SMA.

Namun diluar itu semua … novel ini sangat menarik.  Secara pribadi aku dibawa bernostalgia ke alam SMA  … Aku berusaha keras untuk menemukan … adakah sosok IPUNG diantara teman-temanku waktu itu ? … Wah seperti nya tidak ada … or tepatnya … tidak ada yang se “hebat” itu  … pada usia segitu … bahkan Ketua OSIS sekalipun.