KURSI BERMEJA

25 Juni 2016

Ini cerita tentang kursi bermeja.  Atau ada juga yang menyebut kursi kuliah.  Disebut kursi kuliah karena memang model kursi ini sering kita jumpai di ruang-ruang kuliah.

Inovasi produk ini sangat jitu untuk menyiasati ruangan yang sempit.  Ruang bisa dihemat untuk bisa ditempati lebih banyak orang.  Daripada mesti menyediakan meja yang makan tempat. Ditambah lagi, kursi ini tentu jauh lebih mudah digeser-geser dan diatur-atur sesuai kebutuhan.

kursi lipat
(source : http://www.freeimages.com/photo/doodled-desks-2-1207070)

.

Ada apa dengan kursi bermeja ?

Hari-hari ini adalah musimnya ujian masuk perguruan tinggi.  Ada sebuah perguruan tinggi negeri yang menyelenggarakan ujian masuk secara mandiri.  Peminatnya sangat banyak.  Sehingga mereka butuh banyak ruang, banyak meja, banyak kursi bermeja untuk melakukan ujian tes masuk mandiri ini.  Konon tercatat ada 17.000 calon mahasiswa yang mengadu nasib ikut tes masuk di perguruan tinggi ini.

Orang ujian itu perlu meja untuk menulis.  Namun di sisi lain jumlah meja sangat terbatas.  Jumlah kursi yang bermeja pun terbatas.  Sementara itu yang melamar untuk jadi mahasiswa jumlahnya berlipat-lipat kali lebih banyak.

.

Akhirnya bagaimana ?

Akhirnya mereka menyediakan kursi “penganten”.  Atau kursi untuk pesta atau kursi lipat.  Yang tidak mempunyai meja

kursi penganten
(sekedar contoh saja,  Sumber : clipart, MSPowerPoint2010)

Akibatnya apa ?

Banyak calon mahasiswa yang kesulitan untuk menulis.  Tepatnya kesulitan untuk menulis dalam jangka waktu lama.  Secara ergonomis kursi-kursi tersebut memang tidak dirancang untuk diduduki dalam waktu sekian lama, apalagi sambil menulis.

Para calon mahasiswa tersebut memang telah diminta untuk membawa tatakan untuk menulis, namun tetap saja menulis dari jam 07.00 sampai dengan jam 13.00 cukup melelahkan.  Mereka harus menunduk dalam waktu yang cukup lama.

Untuk menyiasati kelelahan tersebut, mereka ada yang minta izin untuk “mecingkrang”.  Kedua kaki naik ke kursi seperti orang nongkrong di buk buk tegongan.  Paha dan dengkul mereka menjadi landasan untuk menulis.  Dengan demikian posisi menulis mereka masih tetap tegak. 

Menurut kawan saya yang ikut menjaga ujian di universitas tersebut, ada juga beberapa peserta testing yang “ndeprok” di lantai.  Duduk di lantai.  Mereka justru menggunakan dudukan kursi sebagai meja.  Ini juga sangat menolong untuk membuat mereka tetap bisa tegak menulis, mengurangi kelelahan.

Melihat pengalaman-pengalaman tersebut, saya punya ide solusi.

Jika memungkinkan, para calon mahasiswa tersebut diminta saja untuk membawa meja lipat.  Itu lho, meja yang suka digunakan anak-anak TK untuk lomba menggambar.  Rasa-rasanya ini lebih enak untuk mengerjakan ujian masuk perguruan tinggi tersebut.  Punggung tidak begitu capek.  Dan menulis pun jadi lebih nyaman.  Lagi pula gambarnya pun juga macam-macam, bisa untuk mengurangi kebosanan.  Ada motif Prinses, Barbih,  Ultramen, Engri Bet, Nemo, Dori atau Sepong Bob (jika mau lebih semangat lagi ganti aja gambarnya dengan gambar Syahrini,  Dewi Persik,  Julia Perez atau Trio Macan)

🙂 🙂 🙂

meja gambar
(meja gambar diperankan oleh model)

.

Bagaimana ?  Brilyan kan usul ku ?

.

But seriously :

Untuk adik-adik yang sedang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri.  Ayo semangat.  Semoga kalian bisa mendapatkan tempat kuliah terbaik yang kalian idam-idamkan !

.

BTW
Teman-teman sekalian ada yang pernah mengikuti ujian tes masuk.  Entah masuk perguruan tinggi maupun tes masuk calon pegawai ?  Apakah kursi yang disediakan cukup memadai untuk anda menulis dalam jangka waktu yang lama ?
Curhat yuuuukkkk ! (walaupun itu cerita masa lalu)

Salam saya

om-trainer1

.

.

.

.