Sehari Tanpa Gadget : WAKTUNYA SILATURAHMI


image

Ada sebuah topik menggelitik yang digulirkan oleh Triana IyHa Nakho, a.k.a Bundosar.  Topik tersebut membahas “sehari tanpa gadget”.  Sehari tanpa pernak pernik perangkat komunikasi dan elektronik.

Terus terang saja, Saya bukanlah termasuk orang yang “gadget freak”,  yang kemana-mana selalu menggenggam alat komunikasi seperti telepon genggam, tablet ataupun pemutar musik.  Saya bukan tipe pekerja, yang di atas mejanya bertebaran gadget aneka rupa.  Tidak hanya satu, tapi bisa dua, tiga sampai empat.  Mengendarai kendaraan pun demikian, di kupingnya selalu tersemat earphone yang tersambung ke gadget kesayangan.  Bahkan ke WC pun, gadgetnya ikut dibawa.  Tak bisa hidup tanpa gadget.  Dompet boleh ketinggalan, tapi gadget pantang tertinggal.   Sejauh apapun rumah kita, pasti akan ditekadkan untuk balik lagi, khusus mengambil doktorandus gadget tercinta.  Begitu takutnya mati gaya.

Bukan … sekali lagi saya bukan tipe orang yang seperti itu.  Bukan tipe yang suka “nggratil” … “umek” … “nyenuk” … asyik masyuk dengan gadgetnya seperti itu.

Saya pun bukan orang yang mencari uang dengan memanfaatkan piranti telekomunikasi.  Saya tidak melakukan blog monetizing.  Saya juga tidak mempunyai bisnis online, seperti yang dipunyai oleh beberapa sahabat maya saya.  Jadi saya rasa sehari tanpa gadget, bukan suatu persoalan yang besar bagi saya.

.

Kembali ke topik Bundosar … Apa yang akan saya lakukan seharian, tanpa gadget ?
Jawabannya adalah Saya akan melakukan silaturahmi.  Silaturahmi yang sebenar-benarnya silaturahmi.  Bukan silaturahmi dengan diri sendiri,  Bukan sibuk dengan gadget sendiri.

Saya akan mencoba untuk bertemu, berbicara dan berinteraksi secara riil … face to face … dengan orang-orang yang ada di dalam contact list saya.  Tentu tidak semua.  Kita pilih orang-orang yang secara operasional bisa kita capai dengan efektif dan efisien.  Tidak usah banyak-banyak … tiga atau empat orang saya rasa cukup.  Kalau memungkinkan, janjian kop-dar dengan teman-teman saya rasa juga ide yang bagus.  Pendek kata … mari kita lakukan silaturahmi yang sebenar-benarnya silaturahmi. Bukan silaturahmi dengan diri sendiri.  Bukan sibuk dengan gadget sendiri.

Biar enak, kopdarnya kita buat tiga termin saja.  Termin sarapan di pagi hari.  Termin makan siang di waktu istirahat siang.  Dan termin sore hari sepulang dari kantor atau kampus.  Masing-masing dengan orang yang berbeda-beda.  Sekali lagi, tidak usah banyak-banyak, per termin tiga atau empat orang saja saya rasa cukup.  Makannya pun yang sederhana saja, tak usah yang mahal-mahal.

.

Masih ada waktu ? Malam hari ?
Giliran orang rumah yang kita “service”.  Bagaimana kalau anda semua makan ke luar, nongkrong di tukang sate, atau di warung nasi goreng, atau di warung roti bakar.  Tak usah jauh-jauh, yang dekat-dekat rumah saja.  Kalau perlu jalan kaki santai.  Sudah berapa lama anda tidak menikmati jajan, makan malam bersama seluruh keluarga ?  Saya rasa anak – istri/suami anda pasti senang.  Dan ingat … seluruh keluarga (termasuk anda) tidak boleh membawa apa-apa kecuali KTP dan uang secukupnya.  Sebab … kita akan melakukan silaturahmi yang sebenar-benarnya silaturahmi.  Bukan silaturahmi dengan diri sendiri.  Bukan sibuk dengan gadget sendiri

.

Kalau belum berkeluarga gimana Om ?
Ya gampang … ajak saja temen-temen satu kosnya.  Kalau perlu tetangga kontrakan kiri kanan, ajak semua (Hahaha)

.

Sehari Tanpa Gadget saya rasa bukan merupakan sesuatu yang berat jika sudah dilaksanakan.

Tak bisa dipungkiri bahwa keberadaan gadget bagi sementara orang merupakan “partner” usaha yang setia dan dapat diandalkan.  Gadget membantu pemiliknya untuk bisa berusaha secara efektif dan efisien.

Namun demikian kita juga harus selalu ingat bahwa kita ini makhluk sosial.  Kita perlu melakukan interaksi antar sesama kita.  Interaksi yang riil.  Silaturahmi !

Silaturahmi yang sebenar-benarnya silaturahmi.
Bukan silaturahmi dengan diri sendiri.
Bukan sibuk dengan gadget sendiri.

 

Salam saya

nh.

.

“Tulisan ini ikutan GA keren Sehari Tanpa Gadget di blog Keajaiban Senyuman lhooooo”

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

46 tanggapan untuk “Sehari Tanpa Gadget : WAKTUNYA SILATURAHMI”

  1. Bagaimana kalau bawa gadget tapi tidak dibuka sama sekali?
    Karena kalau di Jepang tanpa gadget sangat membahayakan. Kami tahu bahwa akan ada gempa dari gadget dan tanpa gadget, seandainnya ada gempa, kami akan lost contact dengan semua orang (telepon umum sudah pasti tidak bisa dipakai).

    Saya sendiri SERING tidak buka gadget seharian, selain untuk melihat JAM (maklum ngga punya jam tangan) dan pesan penting (panggilan dari guru atau KBRI) untuk hari biasa. Sampai saya sering “dimarahin” karena sering tidak balas pesan orang hehehe.
    Sedangkan Sabtu minggu otomatis tidak pernah buka HP. Makanya kalau ada yang penting dan perlu, telepon ke rumah (kalau hari biasa pasti tidak berbunyi telepon rumah hehehe).

    Kalau aku aktif di FB itu berarti aku sedang di depan komputer atau di dalam kereta hehehe

    1. Setuju dgn Mbak Imelda.
      Apalagi jika ada kabar atau kejadian yang menimpa keluarga. Perlu respons segera. Semuanya terbantu berkat gadget.

      Ehm… lebih lanjut, saya memang kerjanya sangat tergantung dengan gadget.

  2. mmm…kalo dalam waktu 24 jam, mungkin saya belum pernah om.
    tapi untuk 5-5 jam mungkin saya sanggup. itupun kalo didukung pekerjaan lapangan yang
    beresiko terjadinya kecelakaan seperti memanjat tiang telpon, atau sedang ada perbaikan jaringan speedy

  3. Hmm, usul yang bagus Om. Bertatap muka dengan sahabat tentu mengasyikkan. Selain makin karab, hepi, siapa tahu eh malah buka rezeki? Saya sendiri ga bisa jauh dari gadget, walaupun cuma sebuah ponsel semata. Soalnya saya punya usaha yang kebanyakan dikerjakan secara daring atau online. Jadi ya sangat berat kalau tak bawa gadget. Selain itu, ponsel saya juga berfungsi sebagai informan waktu–seperti Mbak Imelda yg ga punya arloji 😀

  4. jleb juga sih aq bacanya.soalnya saya tergolong gadget freak tp gak kebangetan juga sih….hehhehe…pantas untuk diterapkan nih om…setidaknya belajar sedikit demi sedikit dr ketergantungan sama gadget….

    hstt…
    bahkan nih om….kadang klo pas ngedate suka diprotes sama pacar krn lbh asyik mainan gadget.hihihihi

  5. pd dasarnya selera sy masih rada jadul, ya, Om. Walopun yk socmed, sy tetep lebih suka sms sm telpon. Jd kl sy gak bw gadget, yg bikin sy gelisah itu bukan krn gak bs FB-an, twitteran, dll. Tp khawatir gak bs ngabarin keluarga kl sy misalnya pulang telat 🙂

  6. kalau saya lebih memilih ketinggalan gadget daripada ketinggalan dompet.. Pernah ketinggalan dompet di rumah saat mau berangkat kerja, mau gak mau terpaksa balik. sementara pas ketinggalan gadget, ya di biarkan saja tidak punya gadget seharian juga gak apa-apa.. dari pada ketinggalan dompet gak bisa beli apa-apa… hehehe

  7. Sebenarnya cerita Hani rada setype dengan punya Om, he he he
    Kalau cuman sehari tanpa gadget sebenarnya bukan terlalu masalah ya Om…tapi kalau sehari tanpa itu…..baru masalah,… he he he

  8. Silaturahmi yang sebenar silaturahmi,, ah,, bener banget ini Oom, biasanya, ditengah silaturahmi, kita masih saja disibukkan dengan glenuk, gratil, ketak ketik di peranti gadget kita. Kita hadir, tapi tidak ada,, banyak hal yang sebenarnya sepele, terlupa.. Tatap muka jadi tatap layar HP, hihiihih..

    Makasih banyak sudah ikutan Oom, biar dicatat mas n mbak juri 🙂

  9. Untukku pun, sepertinya gak terlalu berpengaruh kalo sehari tanpa gadget yah Om…
    Bukan tipe yang harus selalu apdet status, atau gimanaaa gitu…sekali sekali ajaaaa…

    Bahkan sebisa mungkin mainan gadget kalo anak2 lagi bobok atau di sekolah ajah…

    Asal jangan jauhkan sayah dari remote dipidi ajah…hihihi…remote bukan gadgtet kan yah…hihihi…

  10. Kopdar juga termasuk silaturrahmi kan, Om?
    Ketika berangkat kopdar saya membawa gadget, tapi ketika kopdar berlangsung hampir-hampir saya gak pernah buka gadget, eman-eman ketemu teman kok malah asyik berhenpon 😀

  11. Saya juga tidak terlalu tergantung sama gadget om.
    Hp saya jadul, mash pake tombol2, mati pula LED di layarnya gara2 habis direndam sama si bungsu di baskom cuci piring, baru saya sadari 1/2 jam kemudian.

    Tapi saya suka pake itu karena pada akhirnya anak2 malas pake HP saya buat main. Sebel juga saya kali pake HP bagus, sebentar2 HP sudah gak ada di tempatnya, dipake salah satu dari ketiga anak saya.

    Malah beberapa kali SMS orang baru saya lihat keesokan harinya krn setengah harian gak nengok2 gadget 😀

    Oya terimakash sudah berkomentar di tulisan saya yang ttg buku itu ya Om. Kalo ke toko buku saya rekomendasikan buat dibeli krn sesungguhnya isinya keren 😀

    Mudah2an jg komentar om Nh itu bisa jadi masukan buat penulis dan penerbitnya karena menurut saya ada hal yang bisa om Nh lihat yang tidak mereka lihat, karena om Nh seorang trainer dan om Nh sudah punya anak usia remaja (mereka tidak dalam posisi itu, saya tahu karena mereka kawan2 saya di sebuah grup menulis). Sy harapkan komentar om bisa berguna buat mereka bila ada kemungkinan buku itu dicetakulang. Sy dapat info dari teman, di 2 toko buku di Surabaya, buku itu cepat habis.

  12. kalo sehari tanpa gadget.. masih gak terasa efeknya 🙂
    kalo sudah dirumah lia gak ada lagi buka-buka internet Om… Hp cuma “on ” menerima tlp dan sms …
    memang kadang terasa suntuk apalagi kalo hari minggu gak ada rencana keluar rumah..
    tapi memang itu sudah “rule” dalam keluarga..

  13. rencana kopdar tiga terminnya boleh dicoba, om..
    kopdar sambil sarapan bubur, kopdar di rumah sakit, semua sudah dicoba Om Nh kayaknya.. 😛

  14. Diakui, bahwa keberadaan gadget bisa mendekatkan yang jauh, tapi tak bisa dipungkiri, harus disadari ada kalanya gadget justru bisa menjauhkan yang dekat. Fakta bahwa gara2 gadget, antar tetangga sudah mulai meninggalkan silaturahim yang riil, hampir semua dilakukan melalui dan menggunakan gadget.

  15. Terima kasih untuk artikelnya Om Trainer.
    Senang sekali menemukan artikel dan blog ini, salam kenal dan silaturahim dari pemuda jawa yang sedang merantau di Banjar. Pendek kata, Menurut saya silaturahim secara langsung lebih baik, karena akan memberikan kesan, interaksi dan hubungan sosial kita dengan teman2 lebih baik. Maaf Saya saya mayoritas penggunaan Gadget lebih bersifat konsumtif, kita amati tiap ada gadget terbaru penggunanya langsung membludak tanpa harus memperhatikan fungsi, keefektifan dll. tiap ada versi terbaru yang lama ditinggalkan dan beralih dengan yang terbaru, padahal perbedaan cuma dikit itu2 aja. Saya rasa lebih kearah lifestyle dan gaya hidup. Saya sendiri gadget cuma berupa smartphone, 1 unit dan itupun saya beli waktu jaman dibangku kuliah 3 Tahun lalu. Saya rasa lebih optimal PC/ Leptop, itupun dilingkungan kerja memang perlu tapi ga banget c, cuma kadang kala.

    “Sehari tanpa gadget” gimana kalo seminggu tanpa gadget? pusing dah… ckckkckck… salam kenal om trainer.

  16. Saya bawa gadget tapi silent……hanya untuk jaga-jaga.
    Kalau sudah bekerja, gadget sudah terlupakan karena sibuk bekerja.
    Kalau di rumah, ya gadget nyaris tak tersentuh, sehingga telepon rumah tetep perlu jika ada yang menghubungi.

    Malah seringnya, malam hari pas hape dibuka, banyak missed calls ….:(

  17. kalau aku seh gak masalah gak bawa gadget om, biasanya bawa malah aku matikan, males. hehehe..

    kalau direncanakan gitu seh pasti aku isinya baca buku atau nonton korea 😛

  18. Walaupun silaturahmi, gadget alkom itu tak pernah saya tinggalkan Om
    Maklum saya harus selalu monitor Emak dan anak cucu yang di Jombang serta ibu dan adik2 yang ada di Cimahi.
    Semoga berjaya dalam GA
    Dengan bangga saya mengundang sahabat untuk mengikuti Kontes Unggulan Proyek Monumental Tahun 2014
    Silahkan cek syarat dan ketentuannya di http://abdulcholik.com/2013/11/01/kontes-unggulanproyek-monumental-tahun-2014/

    Salam hangat dari Surabaya

  19. Sejujurnya, saya tidak bisa lepas dari gadget, Om.. Alasannya karena kondisi saya yang sering jauh dari keluarga dan tentunya karena toko online yang harus selalu “on” dengan pelanggan. Kayaknya boleh juga bila sesekali melepaskan diri dari alat tersebut. Namun, syaratnya posisi saya sedang tidak jauh dari keluarga… 🙂

  20. Padahal 15 atau 20 tahun yang lalu, ngga ada gadget juga hidup berjalan terus ya Om. Mau janjian memang agak susah, tapi komitmen lebih terjaga. Coba sekarang, 5 menit sblm jadwal meeting yang disepakati tiba2 BBM atau SMS masuk bilang: “Pak Maaf, saya ada panggilan mendadak dari kantor pusat. Rapatnya ditunda minggu depan ya?” Nah, kalo dulu, pasti yg mau batalin janji merasa sangat tak enak karena membayangkan lawan janjiannya resah dan gelisah menunggu tanpa pemberitahuan, dan dengan demikian akan usahakan utk tepati janjinya.

    Oh iya Om, kalau senggang bisa mampir ke blog saya? Ada yang abru lhoo… 🙂

  21. waah..saya belum pernah nyoba tuh om. Sehari tanpa gadget. Pernah cuma 7 jam aja gak pegang hp, malamnya malah dapat banyak protes krn susah dihubungi

    Tapi silaturrahmi secara langsung memang sudah jadi kegiatan langka sekarang

  22. tanpa gadget om ga bisa silaturahmi sama saya dong, mau blogwalking juga ndak bisa hehe
    sabar deh saya menunggu 🙂

  23. menyedihkan ya jaman gadget, sudah seperti berhala. melek mata cari gadget. kumpul di ruang keluarga, sibuk dengan gadget masing2. matikan wifi, tetap pakai pulsa. cpd

  24. hampir senada oom… tanpa gadget pun hidup bisa melenggang sante… lhaa, meski gadget nyusep (ilang) di rumah, akhirnya tooh orang2 pada nyari n datang ke rumah. Ujung-ujungnya jadi silahturahmi… hehehhe, itu gadget..kini mencoba televisi 1.5 bln full tanpa media itu ternyata bisaaaa ikkkh 😀 , peace ya om Trainer .

Tinggalkan Balasan ke tinsyam Batalkan balasan