MILLY & MAMET

Ini bukan Cinta & Rangga.

Sudah lama (sekali) saya tidak menulis.  Saya awali tahun 2019 ini dengan mulai mencoba menulis kembali di blog.  Topik pertama yang saya pilih adalah tentang film Milly & Mamet.

Akhir Desember 2018 lalu, saya menonton film ini bersama si Bungsu saya yang sedang pulang ke rumah karena libur kuliah.  (FYI : Si Bungsu kini indekos di Depok, dekat kampusnya, UI)

Ini film yang sangat lucu.  Cocok untuk hiburan.  Jalan ceritanya sederhana, ringan namun sarat makna. 

(sumber https://www.klikstarvision.com/page/movie)

Ada banyak hal bisa dibahas dari film ini.  Namun saya memilih untuk berkomentar tentang beberapa pemeran (wanita) yang menurut saya unik dan menarik. 

Seperti biasa ada 3 (tiga) yang akan saya angkat

Yang pertama Isyana Saraswati.
Isyana berperan sebagai sekretaris bos penyandang dana, partner bisnisnya Mamet.  Isyana tampil mengagetkan saya.  Di balik wajah cantik, kalem, dan anggunnya, ternyata Isyana bisa juga berperan sebagai sekretaris yang naif, “ngeselin”, dan lucu.  Selain didukung oleh skenario yang menarik, akting Isyana di film ini pun cukup mencuri perhatian saya.

Yang kedua Dinda Kanyadewi
Dinda langganan memerankan peran tokoh antagonis.  Di film ini lain.  Dia berperan sebagai salah satu karyawan konveksi milik Ayah Milly.  Dinda di film ini juga berperan sangat kocak (cenderung “oon”).  Tak banyak dialog, tak banyak gerak tubuh.  Dinda hanya bermain mimik dan ekspresi wajah saja, yang entah mengapa terlihat lucu sekali bagi saya.

Yang ketiga Melly Goeslaw
Ini juga menarik dan kocak banget.  Melly Goeslaw berperan sebagai Mamah Itje.  Seorang Selebgram, followernya banyak.  Mamah Itje terkenal sebagai “endorser” makanan.  Selebgram ini diceritakan akan meng-endorse masakan katering sehat rumahan ala Chef Mamet dan Milly.  Yang bikin lucu itu adalah aksi orisinil cara mempromosikan masakan ala Mamah Itje.  Logat kental Sunda dan cara makan yang pakai tangan itu.  Sumpah … begitu lahap … lucu banget si Melly Goeslaw ini.

Bagi saya kehadiran ke tiga wanita ini menjadi sangat istimewa.  Mereka sangat kocak walaupun profesi mereka sehari-seharinya bukan komedian (seperti Arafah atau Aci Resti) 

Kekuatan skenario dan arahan peran dari sutradara Ernest Prakarsa berhasil menyulap wanita-wanita cantik dan anggun tersebut menjadi lucu pol-polan .  Ernest patut diacungi jempol

Saya senang bisa menonton film ini bersama si Bungsu.

Sangat menghibur

Salam saya

.

.

Note:
Dan jangan lupa … walaupun sebentar (nyaris cameo) di sini ada Dian Sastro dan Geng Cintanya (Adinia Wirasti – Titi Kamal)
Ada Tike Priatnakusumah, mbok emban banget perannya.
Ada juga Eva Celia dan Julie Estelle … seger.
Last but not least … Sissy Pricillia, pas banget memerankan emak-emak muda masa kini.

FOR EVI : PUPU

.

Bu Evi Indrawanto mengadakan perhelatan acara “give away” yang pertamanya.  Acara tersebut mempunyai tenggat waktu sampai dengan tanggal 8 Mei 2013 … hah … itu berarti besok nih  🙂

Segera saya menyelam ke blognya Bu Evi.  Saya menemukan banyak postingan menarik.  Tentang marketing, tentang budaya, human interest dan sebagainya.   Namun akhirnya Saya menemukan satu artikel yang cukup menarik di sana.  Artikel tersebut berjudul : “ANAK LELAKI DAN BANTAL BULUKNYA”

.

Mengapa artikel tersebut saya sebut menarik ?
Karena cerita ini sering sekali kita temui di keluarga-keluarga Indonesia lainnya.  Saya kurang tau di luar negeri, namun yang jelas di Indonesia ada banyak sekali keluarga yang mempunyai pengalaman serupa.  Ada banyak kenalan dan handai taulan saya yang mempunyai pengalaman yang kurang lebih sama dengan Bu Evi dan anak lelakinya ini.  (saya rasa ini anak bungsunya)  (betul kan bu Evi ?)

Postingan tersebut bercerita mengenai “bantal keramat” bernama “Pupu”

Tentu para pembaca sudah bisa menebak arah tulisan bu Evi itu.  Ya … bantal tersebut adalah bantal kesayangan putra bu Evi.

Bu Evi menulis :

Anak lelaki ini sudah berteman bantal buluk sejak bayi. Dalam suka dan duka. Saat sehat maupun sakit.

Kalimat Bu Evi tersebut memang sepintas terkesan berlebihan, namun demikian saya rasa para pembaca setuju dengan saya bahwa memang seringkali begitulah adanya.  Memang begitulah kejadiannya.  Anak-anak belum bisa tidur kalau belum ditemani bantal keramat masing-masing.

Ritualnyapun macam-macam.  Ada yang jadi alas kepala sebagaimana mestinya.   Ada yang cuma dipeluk.  Ada yang dicium-cium dulu.  Ada juga yang memilin-milin khusyu ujung kainnya.  Menghisap ujung bantalnya, mencari-cari biji kapuk dan mengarahkannya ke salah satu sudut sarung bantalnya, dan sebagainya.

Kelihatannya aneh.  Namun … sekali lagi … hal ini sering kali kita temui.

Anak-anak baru akan tenang tidurnya, jika sudah ditemani (dan bermain dengan) bantal keramatnya.  Di beberapa situasi, saya juga menemukan ada yang meng”keramat”kan guling juga.  (hehehe)

Bantal – guling keramat ini biasanya akan dibawa serta,  jika si anak diajak orang tuanya bepergian.  Hal ini dimaksudkan agar si anak bisa tenang tidurnya.  Maklum di tempat baru biasanya susah tidurkan?  Suasana berbeda.   Sang Bantal – guling keramat ini juga baru akan sangat terasa kegunaannya jika si anak sakit, rewel dan yang sejenisnya.  Dia perlu “sesuatu” untuk membuatnya “tenang” dan “nyaman”.  Bantal dan guling keramatlah solusinya.  

Tidak cerdas mungkin? Tapi ini selalu ampuh dan manjur !!!

Di dalam postingan tersebut Bu Evi juga cerita bahwa bantal tersebut memang sudah “berganti badan” dan sarungnya pun dicuci secara berkala.  Sarungnya selalu diambil dari sarung yang lama, yang bahan seratnya sudah lembut.  

Ini agak berbeda dengan yang saya temui.  Yang sering kali saya temui adalah bantal-guling keramat itu memang justru betul-betul keramat dalam artian yang sesungguhnya.  Buluk, dekil, tidak pernah dicuci, tidak pernah diganti sarungnya dan tidak pernah diganti pula body kapuk/busanya.  Dan kalau orang tua berinisiatif melakukan upaya-upaya pembersihan tersebut,  si anak justru malah akan ngamuk sejadi-jadinya.  Aroma sudah berganti, sudah tidak “orisinil” lagi (walaupun lebih wangi).  Sudah nggak “nikmat” lagi.  Rasa “aman’ dan “nyaman” pun tercerabut sudah, runyam urusan.  Anak ngambek … mati gaya …  tak bisa tidur !!!

Sekali lagi, ini kelihatannya memang berlebihan, tapi ini kejadian nyata.   Bantal-guling, yang meskipun rupanya sudah entah seperti apa … buluk, bau, tepos … tetap menjadi andalan.  Andalan untuk membuat anak nyaman ketika tidur (bahkan ketika dalam perjalanan dan dalam keadaan sakit).

Ajaib memang !

.

Pertanyaan selanjutnya ?
Apakah anak-anak saya punya bantal seperti Pupu ?
Mmmm … tidak! Si Sulung, si Tengah, dan si Bungsu tidak punya “Pupu”.  Mereka relatif bisa tidur di bantal seperti apapun.  Dengan sarung seperti apapun, dimana pun, pada kondisi apapun.   Asal capek? Ngantuk? Sudah jamnya tidur? Mereka pasti mudah tidur (tak peduli apapun yang terjadi … )

.

Contohnya yang satu ini … (hehehe).
Ini difoto di suatu Cafe, di acara ulang tahun teman Bunda.  Suasana ruangan hingar bingar, musik membahana …
Tapi hawong namanya sudah ngantuk … ya Tidur saja! (ndak ada urusan !)

tak-tahan-335x500

.

Nurun sapa ni Om ???
Ya nurun saya lah … siapa lagiiii ???

ngantuk chuy

Tak peduli apapun situasinya …

Kalo ngantuk … Ya Tiduuuuurrrr !!!

(lengkap dengan handuk keramatnya …. )
(hahahahaha)

———————

Postingan (narcis tapi memalukan) ini diikut sertakan dalam ….

BANNER

First Give Away : Jurnal Evi Indrawanto

.

.

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

TUGAS SEKOLAH

.

Tentang tugas (dari) sekolah.

To begin with … saya akan ajukan satu pertanyaan kepada para pembaca sekalian :

Apakah anda masih ingat salah satu tugas (dari) sekolah yang sangat berkesan ? waktu SD ? SMP atau SMA ?

.

Para guru di sekolah biasanya sekali-sekala memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah.  Yang paling sering tentu saja mengerjakan PR, soal-soal matematika atau berhitung.  Atau mengarang dengan judul “berlibur” (-ke rumah nenek”).  Membuat prakarya, pekerjaan tangan.  Atau mengerjakan tugas-tugas yang lain.

Saya, selama sekolahpun sering sekali mendapat tugas-tugas tersebut.  PR dan yang sejenisnya.  Namun  ada satu tugas yang masih saya ingat sampai sekarang … yaitu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.  Waktu itu saya kelas 2 SMP kalau tidak salah.  Kita semua dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 – 5 orang.   Lalu kita diminta untuk “menginterview”, mewawancarai masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang di sekitar rumah kita.  Boleh pedagang keliling.  Boleh pedagang yang punya kios atau warung.  Rasanya senang sekali waktu itu … kami berlima mencari warung … terus duduk nongkrong di warung sambil meng-interview si penjaga warung.  Namanya siapa, Asal dari mana, omset perharinya berapa, anaknya berapa, anaknya sudah sekolah belum. suka duka sebagai pedagang dan sebagainya.  Selesai interview kita diminta untuk membuat laporan tentang hasil interview tersebut.  Saya ingat sekali tugas ini.  Karena tugas ini menurut saya menarik.

.

Mengapa kok ujug-ujug Om Trainer cerita tentang tugas sekolah ?

Begini ceritanya …

Minggu, 30 Maret 2013
Si Bungsu heboh.  Heboh … sibuk … bersama dua orang teman-temannya.  Lelaki semua.  Mereka mendapat tugas dari Guru Bahasa Inggris untuk membuat video.  hahaha.  Jaman sudah berubah … !  Teknologi mulai merambah anak-anak kelas 1 SMP.   Ya … si Bungsu dan teman-temannya mendapat tugas untuk membuat sebuah video – film pendek.

.

Video apa ?
Video tentang proses pembuatan sesuatu.  Tepatnya pembuatan makanan-minuman.  Makanan-minuman apa saja.  Boleh kue kering, nasi goreng, mie goreng, snack, pisang goreng, banana split, es campur, teh panas dan sebagainya … terserah anak-anak mau memilih proses pembuatan makanan / minuman apa.  Mereka harus menjelaskan bahan-bahannya, alat-alatnya … lalu dilanjutkan dengan mendemonstrasikan langkah-langkah bagaimana cara membuatnya.

Jadi kalau anda mau membayangkan … ini ceritanya seperti membuat tayangan layaknya tayangan masak-memasak di televisi.  Seperti yang dipandu oleh … Ibu Sisca Soewitomo, Farah Quinn, Rudy Choiruddin atau chef-chef muda usia yang ganteng dan sexy lainnya.

Karena ini pelajaran bahasa Inggris … maka tentu saja … seluruh narasi dan dialognya harus dilakukan dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris … !!! (hahahaha … mantap chuuyy … )

.

Apa yang dipilih oleh tim Si Bungsu dan dua temannya ?
Tim si Bungsu memilih untuk membuat “Simple Sandwich” dan minumannya “Chocolate Milk Shake”.  Dibawah bimbinganpenasehat teknis” …  Siapa lagi kalau bukan Bunda tercinta … 🙂 🙂 🙂

Bagaimana dengan Om Trainer ? … ouw tentu saja sebagai Ayah yang baik … saya berusaha membantu … sewajarnya.  Saya hanya membantu menyediakan kamera pocket (yang bisa dipakai shooting video MP4) dan menyiapkan tripodnya.  Plus tentu saja tukang pencet tombol shutter kamera.  Tak lupa saya … bilang … “Camera rolling … aaaannnddd … Action … ”  hahahaha …

Langsung mereka pun beraksi …

Assalamu’alaikum warahmatullah hi wabarokatuh …

Hello everybody … Today we gonna make a “simple sandwich”.  It is very easy to make and this is very delicious.  Now we would like to inform you the ingredients.  First … bread, then fried egg, chilli sauce, tomato sauce, mayonaise en de bla en de bla en de bla …  

Ok let’s make the sandwich …

….

Saya tersenyum saja melihat mereka beraksi di depan kamera … bak chef sungguhan …  Bergantian mereka bicara dalam bahasa Inggris … cas cis cus … menerangkan cara pembuatan Simple Sandwich dan Chocolate Milk Shake ini …

Tak lupa setelah seluruh proses selesai … mereka bergaya bak Chef Farah Quinn …

So … This is it … voila … !!!!
Simple Sandwich a la three boys of class 7 H … MP UIN Jakarta…
Mmmmmmm … yummmyy …

.

Mereka memuji sendiri masakan mereka hahaha …
Kocak bener anak-anak ini … dan jujur … saya kagum juga dengan kefasihan bahasa Inggris mereka.  Saya tidak pernah mendengar si Bungsu berbicara bahasa Inggris di rumah … Namun melihat dia dan teman-temannya berbicara lancar kemarin … Ah terharu juga saya … Saya terkejut … ternyata Si Bungsu keren juga bahasa Inggrisnya … pronounciationnya benar … intonasinya pun benar … lancar … josss !!!

Tugas dari Guru Bahasa Inggris ini mereka kerjakan dengan riang gembira … Mereka bisa banyak belajar … Belajar berbahasa Inggris … dan juga sekaligus … belajar memasak makanan yang sederhana …

.

So …
Para pembaca sekalian …
Apakah masih ingat salah satu tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru waktu sekolah dahulu ?
Yang paling menarik dan berkesan ?

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

JUMLAH MURID IDEAL

.
Berapa jumlah murid yang ideal dalam satu kelas ?

.

Sabtu, 4 Agustus 2012
Hari ini saya menghadiri pertemuan orang tua wali murid di tempat si Bungsu bersekolah.  Agendanya seperti biasa adalah perkenalan dengan guru-guru, manajemen sekolah dan komite sekolah.  Dan juga pemaparan program belajar mengajar di kelas 7 Madrasah Tsanawiyah.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab.  Para orang tua diberi kesempatan untuk bertanya.
Ada yang menarik perhatian saya.  Ada satu orang tua murid yang bertanya mengenai jumlah ideal murid dalam satu kelas !  Dan orang tua murid tersebut pun sedikit curhat bahwa anaknya bilang … kelasnya berisik … susah konsentrasi katanya … karena jumlahnya (menurut dia ) terlalu banyak.

Saya tidak akan mengemukakan jawaban yang diberikan oleh pihak sekolah disini.  Saya pribadi merasa … jumlah murid dalam satu kelas di sekolah anak-anak saya masih wajar-wajar dan OK-OK saja.  Bahkan sejak anak pertama saya bersekolah disini pun jumlahnya ya sekian … aman-aman saja … tak ada komplain …

Kalau boleh sedikit bercerita … Sejarah saya bersekolah.

Jaman saya SD … jumlah murid sekelas saya adalah sekitar 34 – 37 orang siswa saja.  Di SMP pun demikian … jumlahnya berkisar segitu.  Di SMA … ??? Naaahh ini … satu kelas waktu di SMA itu seingat saya berkisar antara 40 sampai 42 orang.  Lumayan banyak.  Saya bersekolah di SMA negeri yang memang banyak sekali muridnya.  Dan saya merasa … ketika di SMA itu … kelas terasa penuh banget.  Tapi alhamdulillah saya tetap survive dan bisa lulus dari SMA itu.  Bagaimana dengan kuliah ???? Naaahhh ini lebih banyak lagi … satu kelas bisa sampai 120 lebih … !!! hahahaha  (ini mungkin tergantung dari jurusannya ya ??)

Yang jelas … saya tetap masih penasaran.  Berapa sih jumlah murid ideal dalam satu kelas itu ???

Kalau boleh … saya ingin bertanya kepada Bapak – Ibu yang punya anak / keponakan yang sudah sekolah … :  Berapakah jumlah murid di dalam kelas anak-anak Bapak-Ibu ???

Atau mungkin teman-teman bisa bercerita … waktu sekolah dulu teman sekelas ada berapa orang ? Nyamankah jumlah tersebut ?

Atau kalau kebetulan para pembaca ada yang berprofesi sebagai Guru (seperti Pak Marsudiyanto misalnya)… mungkin bisa sharing kepada kita semua … Berapa jumlah murid ideal dalam satu kelas ?  Apakah pemerintah mengeluarkan peraturan … mengenai syarat  jumlah maksimal / minimal siswa dalam satu kelas ?

Boleh sharing tak ????

Terima kasih sebelumnya ya … !

Salam saya,

.

.