KID 2 : TENTANG SEORANG GADIS KECIL

Ini adalah tulisan ke tiga dari rangkaian tulisan tentang Kelas Inspirasi Depok 2.

Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, saya mendapat kesempatan untuk menjadi relawan pengajar Kelas Inspirasi.  Saya mengajar selama satu hari di SDN Depok 5.  Pada tulisan pertama, saya bercerita mengenai seluk beluk kondisi fisik SDN Depok 5.  Lalu di tulisan kedua saya bercerita mengenai upacara hari Senin yang diadakan di Sekolah.  Dan kini, di tulisan ketiga ini saya akan bercerita mengenai seorang gadis kecil yang saya temui di SDN Depok 5 tersebut.

.

20 Oktober 2014.
Saya berangkat dari rumah saya di Tangerang Selatan, pagi sekali.  Sehabis subuh saya langsung meluncur, supaya tidak terlambat sampai di tujuan.  Ini hari Senin.  Ini hari pelantikan Presiden yang baru.  Dan hari ini akan ada pesta rakyat di jalan protokol Jakarta.  Saya tidak mau ambil resiko, takut kena macet.  Lebih baik saya datang lebih awal daripada terlambat sampai sekolah.

Alhamdulillah.  Langkah kanan.  Jalanan lancar jaya, saya sampai sekolah sekitar jam 05.45 pagi.  Terlalu pagi.  Masih sepi.  Hanya ada seorang bapak tua penjaga sekolah yang menyiram tanaman pagi itu.  Saya pun melihat-lihat, berjalan-jalan di seputaran sekolah.  Sambil sesekali memfoto jika ada obyek yang menarik.  Tak lama kemudian satu dua tiga orang mulai datang.  Mereka adalah para pedagang makanan di kantin.  Anak-anak pun mulai ramai berdatangan.

Ada satu hal yang menarik perhatian saya di kantin belakang sekolah.  Ada sebuah keluarga kecil.  Bapak-ibu dan dua orang anaknya.  Mereka masih kecil-kecil, perempuan semua.  Bapak dan ibu tersebut sibuk mempersiapkan makanan untuk dijajakan di lapak mereka pagi itu.  Kantin sekolah memang terdiri dari beberapa lapak penjual makanan aneka rupa.  Mulai dari snack sampai roti.  Mulai dari nasi goreng sampai cimol.

Upacara8

Saya perhatikan anaknya yang besar mengenakan seragam putih-putih.  Dia sedang sibuk mempersiapkan diri.  Memakai kaos kaki dan mengenakan sepatu.  Sesekali bermain dengan adiknya, di sisi lapak.

Anaknya sekolah disini Pak ? saya bertanya kepada bapak penjaga kantin tersebut.
“Iya pak sekolah disini. Baru kelas satu” bapak itu menjawab, sambil tersenyum.
Saya pun menyalami anak perempuannya itu, dan anak itu pun balas menyalami saya tanpa malu-malu.

(Dalam hati saya berkata … aaahhh dia akan jadi salah satu murid pertama yang saya ajar hari ini) (Menurut jadwal yang telah diatur, saya dan seorang rekan relawan, Vini Tangkuman, akan masuk di Kelas 1 pada jam pelajaran pertama dan kedua).

Untuk selanjutnya, mari kita sebut saja nama gadis kecil itu “Putri”.

Ketika pelajaran dimulai, saya pun bertemu kembali dengan “Putri” di kelas.  Saya perhatikan “Putri” tidak minder bergaul dengan teman-temannya.  Meskipun dia hanya anak seorang pedagang makanan yang jualan di kantin sekolah.  Anaknya memang tidak banyak tingkah.  Tenang di kelas.  Duduknya di belakang. 

putri3
sebut saja namanya “Putri” (photo by Frick. Kel 12. KID 2)

Sekali dua, dia mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari kami.  Saat menyanyi, dia ikut menyanyi dengan riang.  Saat bermain, dia juga mengikuti permainan dengan semangat.  Saat penjelasan dan demo pekerjaan Ibu Vini pun, “Putri” berusaha mengikuti dengan seksama.

putri7
Ibu Vini dan “Putri” yang nyempil (photo by Frick. Kel 12. KID 2)

Sampai suatu saat Vini Tangkuman, rekan saya itu bertanya kepada anak-anak mengenai pekerjaannya ? (BTW : Vini adalah seorang teknisi peneliti lingkungan di sebuah PLTU).  “Putri” mengangkat tangan bersemangat, maju ke depan dan berhasil menjawab pertanyaan Vini dengan baik.  Sebagai rewardnya, Vini menyematkan sebuah bintang berwarna pink di dada kanan “Putri”.  Terlihat bangga sekali dia.

putri1
bintang pink di dada kanan (photo by @nh18)

Bintang itu terus tersemat di dadanya, di sepanjang pelajaran hari itu.  Jika terkelupas sedikit saja maka dia akan segera merapikan dan menempelkannya kembali di dada kanannya baik-baik.  Khidmad sekali.  Dia memperlakukan bintang dari kertas tersebut sebagaimana layaknya harta yang tidak ternilai.

Frick-51
bintang tetap tersemat di dada (photo by Frick. Kel 12. KID 2)

Saya bersyukur, Ibu Vini menunjuk “Putri” untuk maju ke depan.  Karena dengan demikian diharapkan hal ini dapat menumbuhkan semangat “Putri” untuk terus maju di masa yang akan datang.

Bukan itu saja, …
Ketika sesi foto berlangsung pun, “Putri” dengan riang dan bangganya mengenakan helm proyek (safety helmet) milik Ibu Vini.  Sekali lagi saya bersyukur Vini membawa topi ini, dan berbaik hati meminjamkannya untuk “Putri”.

Frick-269fff
Senyum dengan helm proyek dan bintang kebanggaan (photo by Frick, Kel 12. KID2)

Bentuknya memang hanya helm proyek sederhana. Hanya kertas tempelan berbentuk bintang berwarna pink murah meriah.  Namun saya percaya hal-hal kecil ini akan terus diingat oleh “Putri”.  Akan menjadi inspirasi bagi “Putri” untuk meraih cita-citanya di masa yang akan datang, dengan berbekal kerja keras, jujur, mandiri dan pantang menyerah.

Pada hakikatnya inilah esensi dari program Kelas Inspirasi.  Memberikan pengalaman kecil yang bisa menjadi inspirasi anak-anak, untuk tetap berlari mengejari impiannya.

Mudah-mudahan “Putri” dan juga teman-temannya yang lainnya di SD Negeri Depok 5 bisa meraih apa yang dicita-citakannya … Amiiinnn …

putri5
Ibu Vini, Saya dan anak-anak kelas 1 SDN Depok 5 (photo by Frick. Kel 12. KID 2)

(“Putri” berjongkok, di dekat murid yang berjilbab merah)
(Dan lihatlah … saat foto bersama pun bintang pink masih tersemat di dada kanannya)

.

.

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

Pelajarannya adalah … jangan pernah menganggap remeh hal-hal kecil.
Karena bisa jadi … justru hal-hal kecil itulah yang akan menjadi inspirasi anak-anak di kemudian hari.

.

.

.