MATAHARI DI ATAS GILLI ..

Baru seminggu yang lalu aku membeli beberapa buku baru di kios buku Batubara (lihat postingan yang bertajuk … KIOS BUKU BATUBARA).

Aku tertarik untuk membeli dan membaca buku “MATAHARI DI ATAS GILLI” … karangan Lintang Sugianto. Di sampul bukunya tertulis komentar dari WS Rendra : “Ia tidak memakai bahasa uraian, atau gambaran yang klinis, tetapi dengan metafora-metafora puitis yang jauh lebih bisa mendalam gambarannya.  Inilah keistimewaan Lintang dalam kemampuannya melukiskan peristiwa jiwa.  Barangkali dalam hal ini hanya bisa ditandingi oleh Leila Chudori yang secara kebetulan juga seorang perempuan. 

Hmmmm … Rendra membandingkannya dengan Leila S Chudori.  Aku mencoba mengingat-ingat tulisan Leila S Chudori ini.  Namun tidak berhasil menemukannya di memoriku.Seingat ku Leila S Chudori ini adalah penulis idola remaja dulu tahun 80-an.  Saat itu aku baru SMA kelas 2 atau 3 an …  atau awal-awal aku kuliah.  Dan sepertinya Leila pun juga seumuran dengan aku.  Aku sekolah SMA di Bulungan …. Dan Dia kalau tidak salah di SMA Setiabudi atau Bukitduri aku lupa.  Masa itu yang terkenal juga adalah Titiek Widoretno alias Neno Warisman … di SMA Puloraya.

Leila adalah penulis produktif di majalah-majalah remaja saat itu … Dan seingatku pula Leila S Chudori mempunya bahasa yang khas anak muda waktu itu ….

Mungkin Rendra membandingkan Lintang dengan Leila Chudori … ketika Leila sudah dewasa …Yang terus terang tulisan Leila dewasa … aku sama sekali buta … dan tidak mengikuti lagi … Apakah dia pernah menulis lagi setelah masa-masa SMA itu … dan bagaimana gaya bahasanya sekarang. 

HHmmm … aku penasaran.  Tetapi herannya mengapa kecepatanku membaca tidak secepat ketika aku menikmati Andrea Hirata atau Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) yah …

Buku-buku dari kedua penulis itu pasti habis aku lalap hanya dalam waktu dua atau tiga malam saja paling lama.  Tetapi ini sudah seminggu … aku baru sampai Bab III  Wah ada apa nih ya …Jangan-jangan aku “nggak kuat” nih bahasanya …. Or …Lebih tepat … “nggak nyampe” level apresiasinya … 

Yang jelas … aku sangat suka isi novel ini  … Novel MATAHARI di atas GILLI ini mengupas perjuangan serorang perempuan muda untuk memajukan pendidikan anak-anak di sebuah pulau terpencil di timur Jawa. (sejauh ini begitu cerita yang aku baca)

 Besok gua kebut aaahhh …

AYAT-AYAT CINTA …

Hah memang Bagus buku itu ..
Tidak kalah menariknya dengan buku novel lainnya karangan kang Abik a.k.a Habiburrahman el Shirazy yang aku beli bulan lalu, “Ketika Cinta Bertasbih”

Sungguh suatu novel islami yang sangat menarik. Memberikan dasar-dasar hubungan antar dua anak manusia berlainan jenis yang tidak lepas dari koridor-koridor agung Islami …

Kang Abik menyadarkan kepadaku betapa cinta itu Indah … Cinta itu Agung … jika di dasarkan kepada ketakwaan kepada ALLAH …

Cinta itu bukan barang rongsokan dan juga sama sekali bukan permen murahan pinggir jalan … Yang di keteng … di emut sebentar … terasa manis sebentar lalu habis …

Novel itu mirip pelajaran buku Agama, Pelajaran Bahasa Arab, Fiqih, Al Quran Hadits, Buku Pelajaran Aqidah Akhlak tingkat tinggi … tetapi disajikan dengan gaya bertutur yang sangat “friendly”

Menyajikan keteguhan prinsip-prinsip Islam yang sangat indah namun penuh toleransi. Dasar-dasar Ayat Al Qur’an dan Hadits yang sangat terinci untuk setiap fragmen yang disajikan.

Bertanggung jawab untuk tetap menyajikan catatan-catatan kaki sumber bacaan bilamana kata-kata yang ditulis bukan merupakan rangkaian kata-kata sang pengarang …

Hmmm Indah … Indah sekali buku itu …
Kang Abik mengajarkan kepada kita untuk melakukan Syiar Islam bukan dengan Bom, Bukan dengan Teror, Bukan dengan pengrusakan benda mati tak bersalah, bukan dengan sweeping, bukan dengan teriakan teriakan sok heroik namun munafik …

Kang Abik menyiarkan Agama Islam dengan cara yang Agung, Anggun, Santun dan Indah …
Karena memang Islam itu Agung, Anggun, Santun dan Indah

GEOGRAFI DALAM NOVEL HITS

Habiburrahman El Shirazy vs Andrea Hirata …
Ada satu kesamaan yang sangat significant antara Habiburrahman dengan Andrea Hirata dua novelis yang sangat naik daun di Indonesia …

Saya mengamati gaya bahasa mereka sarat dengan deskripsi geografis yang sangat detail sekali …
Habiburrahman dalam Ketika Cinta Bertasbih 1 (novel best seller Indonesia) dengan fasihnya mendeskripsikan kota Cairo, Al Azhar, Jalan Utama di Kota mesir, Hotel Terkenal, Jalan-jalan tikus di Mesir, Iskandaria bahkan sampai rute-rute Bus … (tak lupa dengan disisipi beberapa percakapan dengan bahasa Mesir )

Andrea Hirata pun demikian … dalam episode Edensor … Andrea mendemonstrasikan pengetahuan geografisnya untuk mendeskripsikan rute perjalanan mereka menjelajah eropa barat, timur, rusia bahan sampai ke Afrika … Dia juga dengan detilnya mendescripsikan lokasi-lokasi tertentu lengkap dengan nama jalan, distriknya, gedung-gedungnya, plus situasinya …

Dari dua kesamaan tersebut aku menyimpulkan … ada hasrat yang sangat kuat dari kedua penulis besar tersebut untuk meyakinkan pembacanya bahwa mereka menguasai sekali daerah-daerah tersebut …(or simply … hey pembaca aku pernah diluar negeri lho bertahun-tahun 🙂
Cantik sekali … (sekaligus bikin iri saya …)

BTW …
Tekhnik deskripsi Geografis ini juga dilakukan oleh Hermawan Kertajaya dalam setiap opening speechnya / tulisan mengenai marketingnya …
“Ketika saya minum kopi di Milan …?” Ketika saya transit di Airport Changi”, “Ketika saya melihat-lihat Paris” … “Waktu saya diundang ke … ” dan sebagainya …

Ini kelihatannya seperti “bluffing” … tapi aku percaya bahwa Pakar Marketing itu memang benar pernah kesana … (hehehe)

Jadi jika anda ingin menjadi Penulis Besar dan Pembicara kondang … kuasai ilmu Geografi 😉